Rabu, 04 Mei 2011
     1.      Pengertian diagnosa keperawatan
Diagnosis Keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien (Carpenito, 2000; Gordon, 1976 & NANDA).
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosis keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat          
2.      Tipe diagnosa
1.            Diagnosis Keperawatan Aktual
Diagnosis keperawatan aktual (NANDA) adalah diagnosis yang menyajikan keadaan klinis yang telah divalidasikan melalui batasan karakteristik mayor yang diidentifikasi. Diagnosis keperawatan mempunyai empat komponen : label, definisi, batasan karakteristik, dan faktor yang berhubungan.
Label merupakan deskripsi tentang definisi diagnosis dan batasan karakteristik. Definisi menekankan pada kejelasan, arti yang tepat untuk diagnosa. Batasan karakteristik adalah karakteristik yang mengacu pada petunjuk klinis, tanda subjektif dan objektif. Batasan ini juga mengacu pada gejala yang ada dalam kelompok dan mengacu pada diagnosis keperawatan, yang teridiri dari batasan mayor dan minor. Faktor yang berhubungan merupakan etiologi atau faktor penunjang. Faktor ini dapat mempengaruhi perubahan status kesehatan. Faktor yang berhubungan terdiri dari empat komponen : patofisiologi, tindakan yang berhubungan, situasional, dan maturasional.
Contoh diagnosis keperawatan aktual : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan transport oksigen, sekunder terhadap tirah baring lama, ditandai dengan nafas pendek, frekuensi nafas 30 x/mnt, nadi 62/mnt-lemah, pucat, sianosis.
2.      Diagnosis Keperawatan Resiko
Diagnosis keperawatan resiko adalah keputusan klinis tentang individu, keluarga atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami masalah dibanding individu atau kelompok lain pada situasi yang sama atau hampir sama.
Validasi untuk menunjang diagnosis resiko adalah faktor resiko yang memperlihatkan keadaan dimana kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok dan tidak menggunakan batasan karakteristik. Penulisan rumusan diagnosis ini adalag : PE (problem & etiologi).
Contoh : Resiko penularan TB paru berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang resiko penularan TB Paru, ditandai dengan keluarga klien sering menanyakan penyakit klien itu apa dan tidak ada upaya dari keluarga untuk menghindari resiko penularan (membiarkan klien batuk dihadapannya tanpa menutup mulut dan hidung).

     3.      Diagnosis Keperawatan Kemungkinan
Merupakan pernyataan tentang masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan dengan harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya faktor resiko.
            Contoh : Kemungkinan gangguan konsep diri : gambaran diri berhubungan dengan tindakan mastektomi.

4.      Diagnosis Keperawatan Sejahtera
Diagnosis keperawatan sejahtera adalah ketentuan klinis mengenai individu, kelompok, atau masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ke tingkat kesehatan yang lebih baik. Cara pembuatan diagnsosis ini adalah dengan menggabungkan pernyataan fungsi positif dalam masing-masing pola kesehatan fungsional sebagai alat pengkajian yang disahkan. Dalam menentukan diagnosis keperawatan sejahtera, menunjukkan terjadinya peningkatan fungsi kesehatan menjadi fungsi yang positif.
Sebagai contoh, pasangan muda yang kemudian menjadi orangtua telah melaprkan fungsi positif dalam peran pola hubungan. Perawat dapat memakai informasi dan lahirnya bayi baru sebagai tambahan dalam unit keluarga, untuk membantu keluarga mempertahankan pola hubungan yang efektif.
Contoh : perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang peran sebagai orangtua baru.

5.      Diagnosis Keperawatan Sindrom
Diagnosis keperawatan sindrom merupakan diagnosis keperawatan yang terdiri dari sekelompok diagnosis keperawatan aktual atau resiko, yang diduga akan muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
Contoh : sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

3.      Tipe diagnosa kolaborative problem
Masalah kolaboratif adalah masalah yang nyata atau resiko yang mungkin terjadi akibat komplikasi dari penyakit atau dari pemeriksaan atau akibat pengobatan, yang mana masalah tersebut hanya bisa dicegah, diatasi, atau dikurangi dengan tindakan keperawatan yang bersifat kolaboratif. Label yang digunakan adalah : Potensial Komplikasi (PK).
 Mencegah kesalahan dalam membuat diagnosis keperawatan
1.       Tidak menggunakan istilah medis. Jika harus, hanya sebatas memperjelas, dengan diberi pernyataan `sekunder terhadap`.
Ex : mastektomi b.d kanker
2.      Tidak merumuskan diagnosis keperawatan sebagai suatu diagnosa medis
Ex : Resiko pneumonia
3.      Jangan merumuskan diagnosis keperawatan sebagai suatu intervensi keperawatan
Ex : Menggunakan pispot sesering mungkin b.d dorongan ingin berkemih
4.      Jangan menggunakan istilah yang tidak jelas. Gunakan istilah / pernyataan yang lebih spesifik.
Ex : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d kesulitan bernafas
5.      Jangan menulis diagnosis keperawatan yang mengulangi instruksi dokter
Ex : Instruksi untuk puasa
6.      Jangan merumuskan dua masalah pada saat yang sama
Ex : Nyeri dan takut b.d prosedur operasi
7.      Jangan menghubungkan masalah dengan situasi yang tidak dapat diubah
Ex : Resiko cedera b.d kebutaan
8.      Jangan menuliskan etiologi atau tanda/gejala untuk masalah
Ex : Kongesti paru b.d tirah baring lama
9.      Jangan membuat asumsi
Ex : Resiko perubahan peran b.d tidak berpengalaman menjadi ibu baru.
10.   Jangan menulis pernyataan yang tidak bijaksana secara hukum
Ex : Kerusakan integritas kulit b.d posisi klien tidak diubah setiap 2 jam

4.      Perbedaan antara diagnosa medik,diagnosa keperawatan dan diagnosa problem
            Beberapa perbedaan antara diagnosa keperawatan dengan diagnosa medis dan diagnosa problem dibawah ini:
Diagnosa keperawatan :
-          Berfokus pada respons klien terhadap penyakitnya.
-          Berorientasi pada kebutuhan individu (bio-psiko-sosio-spiritual).
-          Berubah sesuai dengan perubahan respons klien.
-          Mengarah kepada fungsi mandiri perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi.
Diagnosa Medis :
-          Berfokus pada faktor-faktor yang bersifat pengobatan dan penyembuhan penyakit.
-          Berorientasi kepada keadaan patologis
-          Cenderung tetap, mulai dari sakit sampai sembuh.
-          Mengarah kepada tindakan medik yang sebahagian besar dikolaborasikan kepada perawat.

      Masalah Kolaborativ
Konsultasikan dengan tenaga kesehatan profesional yang kompeten dan bekerja secara kolaboratif pada masalah tersebut. Masalah kolaboratif adalah komplikasi fisiologis yang diakibatkan dari patofisiologi, berhubungan dengan pengobatan dan situasi yang lain. Tugas perawat adalah memonitor, untuk mendeteksi status klien dan kolaboratif dengan tenaga medis guna pengobatan yang tepat.



5.      Sifat dari proses keperawatan
1. Dinamis.
Setiap tahap proses keperawatan dapat diperbaharui/dimodifikasi, apabila situasi dan kondisi pasien berubah.

2. Siklik.
Proses keperawatan berjalan secara siklik atau berulang dari pengkajian sampai dengan evaluasi, demikian seterusnya apabila diperlukan pengkajian ulang (re-assessment), sampai masalah klien teratasi atau klien dapat mandiri memenuhi kebutuhan kesehatan atau keperawatannya.

3. Interdependent / saling ketergantungan.
Setiap tahap dari proses keperawatan mempunyai relevansi yang sangat erat, sehingga kekurangan di salah satu tahap akan mempengaruhi tahap-tahap berikutnya.

4. Fleksibel atau luwes.
Proses keperawatan bersifat luwes, tidak kaku, sehingga pendekatan yang digunakan dapat berubah atau dimodifikasi sesuai dengan situasi, keadaan dan kebutuhan klien akan perawatan kesehatan. Fleksibel dapat juga berarti :
a. Bisa digunakan untuk pemecahan segala jenis masalah keperawatan
b. Dapat digunakan pada berbagai kondisi dan situasi klien
c. Dapat diterapkan untuk semua siklus kehidupan manusia, dari dalam kandungan sampai dengan meninggal dunia
d. Dapat diterapkan pada berbagai unit keperawatan, di rumah sakit, maupun untuk keluarga dan masyarakat.

6.      Komponen dari diagnosa keperawatan aktual dan potensial
1.  Problem (P/masalah), merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat       diberikan. Masalah adalah kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi.
Tujuan : menjelaskan status kesehatan klien atau masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin. Diagnosis keperawatan disusun dengan menggunakan standart yang telah disepakati (NANDA, Doengoes, Carpenito, Gordon, dll), supaya :
  1. Perawat dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti secara umum
  2. Memfasilitasi dan mengakses diagnosa keperawatan
  3. Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan dengan masalah medis
  4. Meningkatkan kerjasama perawat dalam mendefinisikan diagnosis dari data pengkajian dan intervensi keperawatan, sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
2.   Etiologi (E/penyebab), keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi keperawatan. Penyebabnya meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan lingkungan.
Unsur-unsur dalam identifikasi etiologi :
  1. Patofisiologi penyakit : adalah semua proses penyakit, akut atau kronis yang dapat menyebabkan / mendukung masalah.
  2. Situasional : personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi sosial, dll)
  3. Medikasi (berhubungan dengan program pengobatan/perawatan) : keterbatasan institusi atau rumah sakit, sehingga tidak mampu memberikan perawatan.
  4. Maturasional :
          Adolesent : ketergantungan dalam kelompok
          Young Adult : menikah, hamil, menjadi orang tua
          Dewasa : tekanan karier, tanda-tanda pubertas.
Sign & symptom (S/tanda & gejala), adalah ciri, tanda atau gejala, yang merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan.
Jadi rumus diagnosis keperawatan adalah : PE / PES.
7.      Cara menentukan diagnose keperawatan berdasarkan rumus SMART

a.   Berfokus pada klien
Outcomes (kriteria hasil) harus ditunjukan  kepada keadaan klien. Outcomes harus menunjukan apa yang harus dilakukan klien, kapan, dan sejauh mana tindakan akan bisa dilaksanakan.
S     = Spesifik (tujuan harus spesifikdan tidak menimbulkan arti ganda)   
M   = measurable (Tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien: dapat dilihat, didengar diraba, disarankan dan dibau).
A    = Achievable ( Tujuan harus dapat dicapai).
R    = Reasonable ( Tujuan harus dapat di[ertanggung jawabkan secara ilmiah).
T    = Time ( Tujuan keperawatan).
b.  Singkat dan jelas
       Dengan menggunakan kata-kata yang singkat dan jelas pada kriteria hasil, maka akan memudahkan perawat untuk mengidentifikasi tujuan dan rencana tindakan. Oleh karena itu dalam menuliskan kriteria hasil perlu membatasi kata-kata ” klien akan.....” pada awal kalimat.
c. Dapat diobservasi dan diukur
       Outcomes yang dapat diobservasi dan diukur meliputi pertanyaan ”apa, dan ”sejauh mana”. Measurable dapat diukur adalah suatu kata kerja yang menjelaskan perilaku klien atau keluarga yang anda harapkan akan terjadi jika tujuan telah tercapai. Tindakan harus mencerminkan bahwa perawat dapat melihat dan mendengarkan.
d.  Ada batas waktunya
       Batas pencapaian hasil harus dinyatakan dalam penulisan kriteria hasil. Contoh kata-kata tersebut, ”selama dirumah sakit, setelah pulang dari rumah sakitdan dalam waktu 48 jam”.
e.  Realistik
       Kriteria hasil harus bisa dicapai sesuai dengan sarana dan prasarana yang tersedia, meliputi: biaya, peralatan, fasilitas, tingkat pengetahuan, affek-emosi dan kondisi fisik. Kelebihan dan kekurangan staf perawat harus menjadi bahan salah satu pertimbangan dalam penyusunan outcomes.
f.   Ditentukan oleh perawat dan klien
       Selama pengkajian, perawat mulai melibatkan klien dalam intervensi. Misalnya pada waktu interview, perawat mempelajari apa yang bisa dikerjakan atau dilihat klien sebagai masalah utama, sehingga muncul diagnosa keperawtan. Kemudian perawat dan klien mendiskusikan kriteria hasil dan rencana tindakan untuk memvalidasi. 

Selamat Datang


Terima kasih atas kunjungannya di blog kami puskesmas tumpung laung, mudah-mudahan blog ini bisa menjadi inspirasi bagi puskesmas lainnya di kota muara teweh agar bisa berkreatif dalam mengembangkan Instansinya.

Buku Tamu

Teman