Sabtu, 07 Mei 2011

I.              Pengertian Proses Keperawatan
        Proses keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha memperbaiki atau memelihara pasien sampai ke taraf optimum melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal dan membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus pasien.
          Para pemimpin keperawatan telah mengidentifikasi proses yang “menggabungkan unsur-unsur dari kiat keperawatan yang paling diperlukan dengan unsur-unsur teori sistem yang paling relevan, dengan menggunakan metode ilmiah”. Proses ini memasukkan interpersonal/interaksi dengan proses pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan (Peplau, 1952; Travelbee, 1971; King, 1971; Yura & Walsh, 1988).
          Proses keperawatan pertama kali diperkenalakan pada tahun 1950-an sebagai proses tiga tahap yaitu pengkajian, perencanaan dan evaluasi yang berdasarkan pada metode ilmiah yaitu mengobservasi, mengukur, mengumpulkan data, dan menganalisis temuan-temuan tersebut. Dengan penelitian, penggunaan dan perbaikan selama bertahun-tahun telah mengantarkan perawat untuk memperluas proses keperawatan menjadi lima tahap yang memberikan metode proses berpikir yang terorganisasi untuk pengambilan keputusan klinik, pemecahan masalah, dan memberikan keperawatan yang berkualitas, perawatan pasien secara individual.
          Proses keperawatan sekarang dimasukkan dalam kerangka konseptual kurikulum keperawatan dan diterima sebagai bagian dari defenisi legal dari Undang-Undang Praktik Perawat dari kebanyakan negara bagian.


II.         Keuntungan Menggunakan Proses Keperawatan
Ada banyak keuntungan penggunaan proses keperawatan:
·        Proses keperawatan memberikan kerangka untuk memenuhi kebutuhan individual pasien, keluarga pasien/perawat lain dan komunitas.
·        Tahap-tahap dari proses keperawatan memfokuskan perhatian perawat pada respons manusia ”secara individual” dari pasien/kelompok pada situasi kesehatan tertentu, yang menghasilkan rencana perawatan yang holistik yang ditujukan pada masalah/kebutuhan spesifik mereka.
·        Proses keperawatan memberikan metode pemecahan masalah yang terorganisir dan sistematik, yang dapat meminimalkan kesalahan atau kelalaian yang membahayakan dalam memberikan perawatan, dan menghindari pengulangan perawatan dan dokumentasi yang membuang waktu.
·        Penggunaan proses keperawatan mempertinggi keterlibatan pasien secara aktif dalam perawatan kesehatannya, yang meningkatkan kepuasan konsumen. Partisipasi seperti itu meningkatkan perasaan kontrol pasien terhadap apa yang sedang terjadi pada dirinya, merangsang pemecahan masalah, dan meningkatkan tanggung jawab personal, yang kesemuanya memperkuat komitmen pasien untuk mencapai tujuan yang telah diidentifikasi.
·        Penggunaan proses keperawatan memungkinkan anda sebagai seorang perawat mempunyai kontrol yang lebih terhadap praktik anda sendiri. Ini meningkatkan kesempatan anda untuk menggunakan pengetahuan, keahlian dan intuisi anda secara konstruktif dan dinamis untuk meningkatkan kemungkinan hasil pasien yang memuaskan. Selanjutnya hal ini meningkatkan kepuasan kerja dan pertumbhan profesional yang lebih besar.
·        Penggunaan proses keperawatan memberikan bahasa yang umum untuk praktik, mempersatukan profesi keperawatan. Dengan menggunakan sistem yang mengkomunikasikan rencana keperawatan dengan jelas keasisten kerja dan pasien meningkat kontinuitas perawatan, meningkatkan pencapaian tujuan pasien, memberikan wahana untuk evaluasi dan membantu pengembangan standar keperawatan. Lagi pula, struktur proses keperawatan memberikan format untuk mendokumentasikan respons pasien terhadap semua aspek perawatan yang telah direncanakan.
·        Penggunaan proses keperawatan menberikan cara-cara mengkaji kontribusi ekonomi dari keperawatan pada perawatan pasien. Proses keperawatan menyuplai untuk pengukuran asuhan perawatan secara kuantitatif dan kualitati yang memenuhi tujuan keefektifan biaya dan meningkatkan perawatan yang holistik.

III.   Langkah-Langkah Perencanaan
Untuk mengevaluasi rencana tindakan keperawatan, maka ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan :
1.       Menentukan prioritas
2.     Menentukan kriteria hasil
3.     Menentukan rencana tindakan
  1. Tahap 1. Menentukan Prioritas Masalah
Melalui pengkajian, perawat akan mampu mengidentifikasi respon klien yang aktual atau potensial yang memerlukan suatu tindakan. Dalam menentukan perencanaan perlu menyusun suatu ”sistem” untuk menentukan diagnosa yang akan diambil tindakan pertama kali. Salah satu sistem yang bisa digunakan adlah hirarki ”kebutuhan manusia” (Lyer et al., 1996).
Secara realistik, perawat tidak dapdat mengharapkan dapat menyelesaikan semua diagnosa keperawtan dan masalah kolaboratif yang terjadi kepada sebagian klien sebagai individu, keluarga dan masyarakat. Dengan mengidentifikasi prioritas kelompok diagnosa keperawatan dan msalah kolaboratif, perawat dapat memprioritaskan peralatan yang diperlukan.
Menurut Carpenito (2000) ada perbedaan antara prioritas diagnosa dan diagnosa yang penting :
1)       Prioritas diagnosa adaldah diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan, jika tidak diatasi saat ini, akan berdampak buruk terhadap keadaan fungsi status keseahtan klien.
2)     Diagnosa  intervensi dapat ditunda untuk bebrapa saat tanpa berdampak terhadap status fungsi kesehatan klien.
Ada dua contoh hirarki yang bisa digunakan untuk menentukan prioritas perencanaan. Yakni :


1.1   Hirarki ”Maslow”
Maslow (1943) menjelaskan kebutuhan manusia dibagi dalam lima tahap (1) fisiologis, 2) rasa aman dan nyaman, 3) sosial, 4) Harga diri, 4) aktualisasi diri. Dia menyatakan bahwa klien memerlukan suatu tahapan kebutuhan jika klien menghendaki suatu tindakan yang memuaskan. Dengan kata lain, kebutuhan fisiologis biasanya sebagai prioritas utama bagi klien dari pada kebutuhan lainnya.
1.2  Hirarki ”Kalish”
Kalish (1983) lebih jauh menjelaskan kebutuhan Maslow dengan membagi kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan auntuk ”bertahan dan stimulasi”. Kalish mengidentifikasi kebutuhan untuk mempertahankan hidup ; Udara,, temperatur, eliminasi, istirahat, dan menghindari nyeri. Jika terjadi kekurangan kebutuhan tersebut, klien cenderung menggunakan semua prasarana untuk memuaskan kebutuhan tertentu. Hanya saja mereka akan mempertimbangkan terlebih dahulu kebutuhan yang paling tinggi prioritasnya, misalnya keamanan atau harga diri (Lyer et al., 1996).
  1. Tahap 2 : Menuliskan Kriteria Hasil (Outcomes)
Tujuan klien dan tujuankeperawatan adalah standar atau ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan klien atau ketrampilan perawat. Menurut Alfaro (1994), tujuan klien merupakan pernyataan yang menjelaskan suatu perilaku klien, keluarga atau kelompok uyang dapat diukur setelah intervensi keperawaan diberikan. Sebaliknya, tujuan keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan suatu tindakan yang apat diukur berdasarkan kemampuan dan kewenangan perawat. Karena kriteria hasil untuk diagnosa keperawatan mewakili staus kesehatan klien yang dapat dicapai atau membedakan antara diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif. Hasil dari diagnosa keperawatan tidak dapat membantu mengevaluasi efektif intervensi keperawatan jika tindakan medis juga diperlukan.
Pada situasi tertentu maka diperlukan keterlibatan semua disiplin ilmu. Misalnya, klien yang mengalami kecemasan yang berat, dokter akan memberikan obat anticemas, petugas terapi mungkin akan menyiapkan suatu aktivitas yang menarik, dan perawat akan memberikan suatu intervensi dalam mengurangi kecemasan (misalnya ; strategi problem solving dan relaksasi). Menurut Gordon (1994) komponen yang penting dalam kriteria hasil adalah apakakh intervensikeperawatan dapat dicapai.
Diagnosa keperawatan mengidentifikasi respon aktual dan resiko yang dipertimbangkan sebagai suatu msalah baik klien. Hal ini menandakan alternatif respon diperlukan.. misalnya, diagnosa keperawatan (1) perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan adanya kesukaran klien untuk mengunyah makanan, menandakan bahwa status nutrisi klien kurang dari optimal. Diagnosa tersebut menadakan bahwa peningkatan nutrisi diperlukan. Contoh lainnya, (2) diagnosa keperawatan risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi drainase perut, menandakan bahwa klien dalam  keadaan resiko untuk trjadi kerusakan kulit dari memerlukan intervensi atau bantuan untuk mencegah terjadinya kerukusakan.
Contoh
Kriteria hasil diagnosa keperawatan no. 1
“mengkonsumsi 1800 kalori lembek dan makanan cair tiap 24 jam
Kriteria hasil diagnosa keperawatan no. 2
Melakukan ostomi pada kantong plastik dan kulit yang membantu saluran tiap 72 jam.
2.1      Pedoman Penulisan Kriteria Hasil (outcomes)
1.       Berfokus pada klien
Outcomes (kriteria hasil) harus ditujukan kepada keadaan klien. Outcomes harus menunjukkan ”apa yang akan dilakukan klien, kapan, dan sejauh mana tindakan akan bisa dilaksanakan.
2.     Singkat dan jelas
Dengan menggunakan kata-kata yang singkat danjelas pada kriteria hasil, maka akan memudahkan perawat untuk mengidentifikasi tujuan dan rencana tindakan.
3.     Dapat diobservasi dan diukur
Outcomes yang dapat diobservasi dan diukur meliputi pertanyaan ”apa” dan” sejauh mana”. Measurable (dapat diukur) adalah suatu kata kerja yang menjelaskan perilaku klien atau keluarga yang anda harapkan akan terjadi jika tujuan telah tercapai. Tindakan harus mencerminkan bahwa perawat dapat melihat dan mendengarkan.
4.     Ada batas waktunya
Komponen waktu dibagi lagi menjadi 2 :
·        Janka pangjang. Suatu tujuan yang diharpkan dapat dicapai dalam jangka waktu lama, biasanya lebih dari satuy minggu atau satu bulan.
·        Jangka pendek. Suatu tujuan yang diharapkan bisa dixapai dalam waku yang singkat, biasnya kurang dari 1 minggu.
5.     Realistik
Kriteria hasil harus bisa dicapai sesuai dengan sarana dan prasarana yang tersedia, meliputi biaya, peraalatan, fasilitas, tingkat pengetahuan, affek-emosi dan kondisi fisik.

  1. Tahap 3 : Rencana Tindakan
3.1   Pengertian
Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu klien dalam mencapai kriteria hasil. Rencana tindakan didlaksanakan berdasarkan komponen penyebab dari diagnosa keperawatan. Oleh karena itu, rencana mendefinisikan suatu aktifitas yang diperlukan untuk membatasi faktor-faktor pendukung terhadap suatu permasalahan.
Menurut Bulecheck & McCloskey (1989) intervensi keperawatan adalah ”suatu tindakan langsung kepada klien yang dilaksanakan oleh perawat. Tindakan tersebut meliputi tindakan independen keperawtan berdasarkan diagnosa keperawatan, tindakan medis berdasarkan diagnosa memdis dan membantu pemenuhgan kebutuhan dasar fungsikesehatan kepada klien yang tidak dapat melakukannya.  Definisi tersebut berhubungan dengan semua intervensi keperawatan dengan diagnosa keperawatan dan atau masalah kolaboratif.

1)      Diagnosa keperawatan aktual, intervensi ditujukan untuk :
·        Mengurangi atau membatasi faktor-faktor penyebab dari masalah
·        Meningkatkan status keseahtan klien
·        Memonitor status kesehatan
2)    Diagnosa keperawatan resiko tinggi, intervensi ditujukan untuk :
·        Mengurangi atau membatasi faktor resiko
·        Mencegah masalah yang akan timbul
·        Memonitor waktu terjadainya
3)    Diagnosa Keperawatan kemungkinan intervensi ditujukan pada :
4)    Diagnosa keperawatan kolaboratif, intervensi ditujukan pada :
·        Memonitor perubahan status keseahtan
·        Mengelola perubahan status kesehatan terhadap intervensi keperawatan
·        Mengevaluasi respon.
3.2   Menentukan Rencana Tindakan Keperawatan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan rencana tindakan adalah :
1.       Mengidentifikasi alternatif tindakan
2.     Menetapkan teknik dan prosedur keperawatan yang akan digunakan
3.     Nelibatkan pasien dalam menyusun  rencana tindakan.
4.     Melibatkan anggota tiem kesehatan lainnya.
5.     Mengetahui olatar belakang budaya dan agama pasien.
6.     Mempertimbangkan lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang tersedia.
7.     Memperjatikan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku.
8.     Tindakan keperawatan yang akan dilakukan harus dapat menjamin rasa aman pasien
9.     Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai.
10.  Tindakan keperawan yang dilakuka harus bersifat realistis
11.   Tindakan keperawatan disusun secara berurutan.

3.3   Kriteria Dalam Merencanakan Tindakan
1.       Memakai kata kerja yan gtepat
2.     Dapat dimodifikasikan
3.     Bersifat spesifik
-         Siapa yang melakukan
-         Apa yang dilakukan
-         Dimana dilakukan
-         Kapan dilakjukan
-         Bagaimana dilakukan
-         Frekuensi melakukan (berapa kali)
3.4   Menuliskan Rencana Penilaian Asuhan Keperawatan
1.       Berorientasi pada tujuan yang akan dicapai
2.     menggunakan standar dan kriteria keberhasilan
3.     Menggambarkan akriteria dan standar normal
4.     Hasilnya dapat diukur dan diraba, didengar dan dilihat.
5.     Dinyatakan dengan istilah yang positif.



  1. Tahap 4 : Keuntungannya
-         Mempermudah dalam pencarian data
-         Lelah akurat
-         Flexibelt
-         Dapat mengurangai atau meningkatkan status kesehatan klien













DAFTAR PUSTAKA

Basford, Lynn. 2006. Teori dan Praktik Keperawatan. EGC. Jakarta

Chairanding, Johannes. 1982. Sinopsis Dasar-Dasar Keperawatan. Pusdiklat Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Salemba Medika : Surabaya.

Potter dan Perry. 2004. Fundamental Keperawatan. EGC

____________. 2005. Fundamental Keperawatan. EGC

Selamat Datang


Terima kasih atas kunjungannya di blog kami puskesmas tumpung laung, mudah-mudahan blog ini bisa menjadi inspirasi bagi puskesmas lainnya di kota muara teweh agar bisa berkreatif dalam mengembangkan Instansinya.

Buku Tamu

Teman