Sabtu, 11 Juni 2011
A. Pengertian
Pada sub bab ini penulis akan mengemukakan beberapa pengertian tentang batu ginjal. batu ginjal atau kalkulus adalah batu yang dibentuk di dalam saluran kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di dalam urine (M.Nurs, 2007 ).

Batu ginjal/kalkulus adalah  bentuk deposit mineral, paling umum oksalat Ca2+ dan Fosfat Ca2+, namun asam urat dan kristal juga pembentuk batu (Doenges, 2000)

Batu saluran kemih  adalah suatu kelainan yang ditandai dengan ditemukannya batu di mana saja di saluran kemih (www.waspada.co.id, 2007)

Dari ketiga definisi di atas penulis dapat menyimpulkan  batu ginjal adalah   ditemukannya batu pada saluran kemih mulai dari ginjal sampai dengan kandung kemih, dimana batu terbentuk karena adanya mineral ; seperti : oksalat fosfat, asam urat  dan kristal lain dari substansi ekskresi di dalam urine
B. Patofisiologi
Batu yang terbentuk pada ginjal terjadi ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat, batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi tertentu seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup : pH urine dan status cairan pasien (batu cenderung terjadi  pada pasien dehidrasi). Faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu mencakup infeksi, statis urine, periode imobilitas (drainase renal yang lambat dan perubahan metabolisme kalsium),  faktor usia, pekerjaan, ras dan lingkungan yang menjadi tempat tinggal pun dapat menyebabkan atau berpengaruh dalam pembentukan batu.
Proses terjadinya batu ginjal kristal yang terbntuk pada tubulus karena agresi kistal yang cukup besar,sehingga sebagian tertinggal dan ditimbul pada duktus kolektikus dan diperkirakan timbul pada bagian sel epitel yang mengalami lesi, selanjutnya secara perlahan timbunan akan membesar dan menjadi batu.
Manifestasi klinik adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya obstruksi, infeksi dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi (pielonepritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus bergerak. Batu yang terdapat di piala ginjal dapat menimbulkan gejala seperti nyeri, yang berasal dari area renal menyebar mendekati kandung kemih bahkan sampai testis  testis. Dikatakan klien mengalami episode kolik renal, apabila nyeri mendadak menjadi akut, nyeri tekan seluruh area kusta vetebral dan muncul mual dan muntah, batu yang terjebak di ureter menimbulkan nyeri/kolik yang menyebar ke paha dan genetalia, dorongan untuk berkemih namun keluar secara sedikit-sedikit terkadang disertai darah, sedangkan batu yang terjebak di kandung kemih, biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuri. Komplikasi yang dapat timbul batu ginjal ini diantaranya adalah sumbatan, akibat pecahan batu, infeksi akibat diseminari partikel batu ginjal atau bakterial atau bakteri akibat obstruksi kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama.

C. Penatalaksanaan
Tujuan pengelolaan batu saluran kemih adalah  menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang terjadi.
1. Penatalaksanaan Medis.
a. Lithotripsi gelombang kejut ektrakorporeal (ESWL) yaitu : prosedur non infasif yang di gunakan untuk menghancurkan batu ginjal dengan cara amplitudo tekanan berenergi tinggi dari gelombang kejut di bangkitkan melalui suatu pelepasan energi yang kemudian di salurkan ke air dan jaringan lunak dan tekanan gelombang mengakibatkan permukaan batu pecah, dan akhirnya menyebabkan batu tersebut menjadi bagian – bagian yang lebih kecil
b. Pielolitotomi adalah prosedur pembedahan untuk mengeluarkan batu pada ginjal,indikasinya dilihat dari lokasi batu batu di ( pielum,nepron)
2. Penatalaksanaan Keperawatan.
a. Memberikan peningkatan asupan cairan untuk meningkatkan aliran urine sebagai usaha untuk mendorong batu.
b. Pengurangan bahan-bahan makanan pembentuk batu seperti : Kentang,ubi,singkong,biskuit,kue – kue yang terbuat dari susu, sayur bayam,daun mlinjo, lantoro.                                                                                     
3. Penatalaksanaan diet menurut  M. Nurs (2006), dengan tujuan memperlambat pertumbuhan batu ginjal atau mencegah pembentukan batu ginjal.
a. Diet rendah kalsium tinggi sisa asam untuk pasien dengan kalsium ginjal.
b. Diet tinggi sisa basa untuk pasien dengan batu sistem dan asam urat.
c. Diet rendah urine untuk pasien dengan batu ginjal, asam urat dan gout.

D. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan batu saluran kemih pasca pembedahan menurut Doenges (2000),Susan Martin tucker ( 1998 ) diperoleh data sebagai berikut :
Aktifitas / istirahat.
Gejala : Pekerjaan monoton, klien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi, keterbatasan aktifitas / imobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya (penyakit tidak sembuh dan cidera medula spinalis).
Sirkulasi
Tanda : peningkatan tekanan darah, nadi, nyeri pingggang, kolig ginjal, ansietas, gagal ginjal), kulit hangat dan kemerahan, pucat.
Eliminasi
Gejala : riwayat adanya ISK kronik, obstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
Tanda : oliguria, hematuria, piuria, perubahan pola berkemih, makanan / cairan.
Makanan / cairan
Gejala : mual / muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium oksalat atau fosfat, ketidakcukupan pemasukan cairan tidak minum air dengan cukup.
Tanda : distensi abdomen, penurunan / tidak adanya bising usus, muntah.
Nyeri / kenyamanan
Gejala : periode akut, nyeri berat, nyeri kolik, lokasi tergantung pada lokasi batu, contoh pada panggul di regio sudut kostavertebral : dapat menyebar ke punggung, abdomen dan turun ke lipat paha/genetalia, nyeri dangkal  konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvi atau kalkulus ginjal nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda : melindungi perilaku distraksi, nyeri tekan pada areal ginjal pada palpasi.
Pemeriksaan diagnostik :
1. Urinalisa warna mungkin kuning, coklat gelap berdarah, secara umum menunjukkan SPM, SDP kristal.
2. Urine 24 jam : kreatinin asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistem mungkin meningkat.
3. Kultur urine : mungkin menunjukkan ISK.
4. BUN / kreatinin serum dan urine abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine).
5. Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat.
6. IVP memberi informasi lengkap / cepat urolitiasis seperti : penyebab nyeri abdominal atau panggul menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik.
7. CT Scan : menggambarkan kalkuli dan masa lain.
8. USG ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi.

E. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut Doenges  (2000), Susan Martin Tucker ditemukan  diagnosa keperawatan  sebagai berikut :
1. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan                                                           
2. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan drainase luka.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit, perawatan rutin pasca operasi.

F. Perencanaan
Setelah diagnosa keperawatan ditemukan dilanjutkan dengan perencanaan keperawatan untuk setiap diagnosa keperawatan  menurut Doenges (2000), Susan Martin Tucker adalah sebagai berikut :
1. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
Tujuan : nyeri hilang / terkontrol.
Kreteria    evaluasi  :  dilaporkan penurunan klien, ekspresi wajah dan posisi tubuh klien tampak rileks.
Intervensi :
a. Kaji sifat, intensitas, lokasi, pencetus dan lamanya.
b. Kaji tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut, mengepalkan tinju, tekanan darah meningkat, nadi meningkat).
c. Pantau aliran urine, periksa kepatenan chateter.
d. Laporkan tanda dan gejala retensi urine.
e. Kaji daerah insisi terhadap kemerahan, bengkak, keras dan drainase.
f. Bantu pasien mendapatkan posisi yang nyaman.
g. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
h. Anjurkan klien banyak minum untuk mengeluarkan batu.
i. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan drainase luka.     
Tujuan  : gangguan integritas kulit tidak terjadi.
Kriteria evaluasi : klien tidak menunjukkan tanda dan gejala kemerahan pada kulit.
Intervensi :
a. Pantau balutan drainase, luka operasi, ganti balutan jika basah.
b. Catat dan dokumentasikan bau, warna, konsistensinya, jaga kulit bersih dan kering.
c. Periksa kulit sekitar drain, laporkan adanya kemerahan, kerusakan kulit.
d. Beri kantong ostomi dan pelindung kulit sekitar drainase.
e. Pertahankan kepatenan drain dan cegah adanya penghalang pada alat drainase.

 3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses perawatan pasca operasi.
Tujuan  : pengetahuan bertambah.
Kriteria evaluasi : Pasien/ keluarga dapat mengungkapkan tentang proses penyakit, perawatan rutin pasca operasi, perawatan di rumah dan evaluasi serta dapat mendemontrasikan perawatan luka, mengganti balutan.
Intervensi :
a. Intruksikan pasien untuk minum lebih dari 2500 ml/ hari..
b. Intruksikan pasien untuk mempertahankan diit sesuai program.
c. Ajarkan pasien untuk menggunakan teknik cuci tangan yang benar.
d. Intruksikan pada pasien untuk memantau dan melaporkan jika terjadi peningkatan suhu tubuh, kemerahan, bengkak, keras dan drainase dari luka insisi.
e. Intruksikan pada pasien untuk melaporkan bila terjadi haematuri.
f. Ajarkan merawat luka dan mengganti balutan pasca operasi.
g. Intruksikan pasien untuk menghindari pemakaian obat melebihi ketentuan dokter tanpa sepengetahuan dokter                                                                                        
h. Ajarkan pentingnya rawat jalan terus menerus.

G. Implementasi
Implementasi menurut teori adalah mengidentifikasi bidang bantuan situasi yang membutuhkan tambahan beragam dan mengimplementasikan intervensi keperawatan dengan praktik terdiri atas keterampilan kognitif, interpersonal dan psikomotor (teknis). Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien pada batu ginjal, pada prinsipnya adalah menganjurkan klien untuk banyak minum, mengobservasi tanda-tanda vital, mengawasi pemasukan dan pengeluaran cairan, mengajarkan teknik relaksasi untuk mengatasi nyeri, memberikan obat dan memantau hasil pemeriksaan darah lengkap sesuai program serta melibatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan. Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan yang dilakukan ke dalam catatan keperawatan secara lengkap yaitu ; jam, tanggal, jenis tindakan, respon klien dan nama lengkap perawat yang melakukan tindakan keperawatan.

H. Evaluasi
Menurut teori evaluasi adalah tujuan asuhan keperawatan yang menentukan apakah tujuan ini telah terlaksana, setelah menerapkan suatu rencana tindakan untuk meningkatkan kualitas keperawatan, perawat harus mengevaluasi keberhasilan rencana penilaian atau evaluasi diperoleh dari ungkapan secara subjektif oleh klien dan objektif didapatkan langsung dari hasil pengamatan. Penilaian keberhasilan dilakukan sesuai dengan waktu yang dicapai dengan kriteria hasil. Pada klien batu ginjal dapat dilihat : nyeri berkurang, tanda-tanda vital dalam batas normal dan pengetahuan klien tentang perawatan batu ginjal meningkat.

Selamat Datang


Terima kasih atas kunjungannya di blog kami puskesmas tumpung laung, mudah-mudahan blog ini bisa menjadi inspirasi bagi puskesmas lainnya di kota muara teweh agar bisa berkreatif dalam mengembangkan Instansinya.

Buku Tamu

Teman