Sabtu, 11 Juni 2011
08.28 |
Diposting oleh
indra.skep |
Edit Entri
Konsep diagnostik pada mulanya muncul dalam bidang medis (kesehatan). Diagnostik dilakukan oleh ahli medis terhadapa penyakit yang diderita oleh para pasienya. Diagnostik dilakukan untuk mencari dan menganailisa serta medapatkan hipotesa (dugaaan sementara) terkait dengan penyakit yang dialami oleh para pasiennya.
Berbagai pemeriksaan komponen sistem imun telah dapat dikerjakan di laboratorium. Ada pemeriksaanyang mutlak untuk diagnostik,ada pemeriksaan yang diperlukan untuk memantau penyakit.
Dalam kamus bahasa Inggris diagnostik itu dapat diartikan yang mendasarkan diagnosa. Barang kali kita akrab dengan kata tersebut terutama dalam dunia media atau kesehatan.
Diagnostik menurut istilah adalah proses yang dilakukan oleh seseorang dalam mengamati sesuatu hal yang mendasari adanya atau terjadinya sesuatu hal. Artinya diagnostik itu adalah proses. Dilakukan dalam rangka mengamati, menganalisis, lalu mengidentifikasi dan mengolah data.
1. upaya untuk proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symptons).
2. studi yang seksama terhadap fakta tentang sesuatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan dan sebagainya yang esensial.
3. keputusan yang dicapai setelah dialkukan suatu studi yang seksama atas gejala-gejala atau fakta tentang sesuatu hal.
2. Faktor – Faktor Pemeriksaan Laboratorium
Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium ditentukan oleh beberapa factor, antara lain :
a. Pra instrumentasi (sebelum dilakukan pemeriksaan)
Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas, pasien dan dokter. Hal ini karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu/mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi Pemahaman instruksi dan pengisian formulir dan Persiapan penderita.
b. Faktor Instrumentasi (saat pemeriksaan ( analisa ) sample)
Pada tahap ini diperlukan ketelitian serta tata cara pemeriksaan yang akurat agar tidak terjadi kesalahan pada saat pendiagnosaan penyakit pasien.
c. Faktor Pasca instrumentasi (saat penulisan hasil pemeriksaan)
Pada saat penulisaaan hasil pemeriksaan diperlukan suatu data yang akurat pada saat pemeriksaan agar pendiagnosaan yang telah dilakukan dapat mencapai hasil yang maksimal dan tidak terjadi suatu kesalahan yang dapat merugikan pasien maupun paramedis.
Di antara ketiga factor tersebut, factor pra instrumentasi merupakan tahap yang sangat penting yang memerlukan kerjasama antara petugas , pasien dan dokter. Hal ini karena tanpa kerjasama yang baik akan mengganggu /mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
3. Persiapan Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik
Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :
a. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir
Pada tahap ini perlu diperhatikan benar apa yang diperintahkan oleh dokter dan dipindahkan ke dalam formulir. Hal ini penting untuk menghindari pengulangan pemeriksaan yang tidak penting, membantu persiapan pasien sehingga tidak merugikan pasien dan menyakiti pasien. Pengisian formulir dilakukan secara lengkap meliputi identitas pasien : nama, alamat/ruangan, umur, jenis kelamin, data klinis/diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan kalau diperlukan pengobatan yang sedang diberikan. Hal ini penting untuk menghindari tertukarnya hasil ataupun dapat membantu intepretasi hasil terutama pada pasien yang mendapat pengobatan khusus dan jangka panjang.
b. Persiapan penderita
1) Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira2 800 kalori akan mengakibatkan peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma akan berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan susunan kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel darah.
2) Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi misalnya : asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid akan menurunkan jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi darah akan mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan morfologi sediaan apus darah tepi maupun penilaian hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi hasil pemeriksaan hemostasis.
3) Waktu pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari tertutama pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi lebih pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus atas perintah dokter. Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu berhubung dengan tingkat kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera disebut pemeriksaan sito. Beberapa parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan kadar besi serum menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi oleh waktu pengambilan. Kadar besi serum lebih tinggi pada pagi hari dan lebih rendah pada sore hari dengan selisih 40-100 ug/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari dan lebih rendah dari tengah malam sampai pagi.
4) Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10% demikian pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita adalah menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan santun atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak merasa asing atau menjadi obyek.
· Persiapan alat
Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan instruksi dokter sehingga tidak salah persiapan dan berkesan profesional dalam bekerja.
· Pengambilan darah
Yang harus dipersiapkan antara lain : - kapas alkohol 70 %, karet pembendung (torniket) semprit sekali pakai umumnya 2.5 ml atau 5 ml, penampung kering bertutup dan berlabel. Penampung dapat tanpa anti koagulan atau mengandung anti koagulan tergantung pemeriksaan yang diminta oleh dokter. Kadang-kadang diperlukan pula tabung kapiler polos atau mengandung antikoagulan.
· Penampungan urin
Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar, berlabel, kering, bersih, bertutup rapat dapat steril (untuk biakan) atau tidak steril. Untuk urin kumpulan dipakai botol besar kira-kira 2 liter dengan memakai pengawet urin.
· Penampung khusus
Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan khusus yang lain. Yang penting diingat adalah label harus ditulis lengkap identitas penderita seperti pada formulir termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak tertukar.
c. Cara pengambilan sampel
Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan pendekatan dengan pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan santun, beritahukan apa yang akan dikerjakan. Selalu tanyakan identitas pasien sebelum bekerja sehingga tidak tertukar pasien yang akan diambil bahan dengan pasien lain. Karena kepanikan pasien akan mempersulit pengambilan darah karena vena akan konstriksi.
Darah dapat diambil dari vena, arteri atau kapiler. Syarat mutlak lokasi pengambilan darah adalah tidak ada kelainan kulit di daerah tersebut, tidak pucat dan tidak sianosis. Lokasi pengambilan darah vena : umumnya di daerah fossa cubiti yaitu vena cubiti atau di daerah dekat pergelangan tangan. Selain itu salah satu yang harus diperhatikan adalah vena yang dipilih tidak di daerah infus yang terpasang/sepihak harus kontra lateral. Darah arteri dilakukan di daerah lipat paha (arteri femoralis) atau daerah pergelangan tangan (arteri radialis). Untuk kapiler umumnya diambil pada ujung jari tangan yaitu telunjuk, jari tengah atau jari manis dan anak daun telinga. Khusus pada bayi dapat diambil pada ibu jari kaki atau sisi lateral tumit kaki.
d. Penanganan awal sampel dan transportasi
Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering terjadi sumber kesalahan ada disini. Yang harus dilakukan :
1) Catat dalam buku expedisi dan cocokan sampel dengan label dan formulir. Kalau sistemnya memungkinkan dapat dilihat apakah sudah terhitung biayanya (lunas)
2) Jangan lupa melakukan homogenisasi pada bahan yang mengandung antikoagulan
3) Segera tutup penampung yang ada sehingga tidak tumpah
4) Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan penundaan
5) Perhatikan persyaratan khusus untuk bahan tertentu seperti darah arteri untuk analisa gas darah, harus menggunakan suhu 4-8° C dalam air es bukan es batu sehingga tidak terjadi hemolisis. Harus segera sampai ke laboratorium dalam waktu sekitar 15-30 menit.
Perubahan akibat tertundanya pengiriman sampel sangat mempengaruhi hasil laboratorium. Sebagai contoh penundaan pengiriman darah akan mengakibatkan penurunan kadar glukosa, peningkatan kadar kalium. Hal ini dapat mengakibatkan salah pengobatan pasien. Pada urin yang ditunda akan terjadi pembusukan akibat bakteri yang berkembang biak serta penguapan bahan terlarut misalnya keton. Selain itu nilai pemeriksaan hematologi juga berubah sesuai dengan waktu
Diagnostik bukan hanya sekedar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, seta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan (predicting) kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya (Abin Syamsudin).
4. Tujuan dan Kegunaan Diagnostik Keperawatan
1. Ada beberapa tujuan dari diagnostik itu diantaranya:
· Memperoleh hipotesa-hipotesa terkait dengan permasalahan-permasalahan klien
· Mempermudah konselor dalam memberikan konselingnya
· Agar tepat dan tidak salah, maksudnya konselor akan melakukan proses konselignnya seusai dengan hipotesa dari kliennya
2. Kegunaan dari diagnostik searah dengan tujuannya, diagnostik dilakukan akan berguna dalam:
· Sebagai pijakan untuk porses keperawatan
· Menentukan dan mengabil keputusan oleh perawat kepada klien
5. Hubungan Antara Pemeriksaan Diagnostik Pada Sistem Muskuletskeletal
Hubungan antara pemeriksaan diagnostik pada sistem muskuletskelatal ialah pemeriksaan diagnostik yang dilakukan oleh para medis pada pasien ditujukan agar kita bisa mengetahui jenis gangguan muskuletskeletal yang diderita oleh pasien tersebut serta kita dapat melakukan tindakan asuhan keperawatan selanjutnya yang meliputi proses intervensi, tindakan yang diambil serta proses evaluasi.
Pengaruh pemeriksaan diagnostik pada sistem muskuletskeletal sangat besar pengaruhnya karena hal ini sangat berhubungan langsung dengan pemeriksaan serta analisa lainnya serta hasil ini sangat menunjang pada asuhan keperawatan selanjutnya.
6. Persiapan dan Pengambilan Spesimen
1) Pemeriksaan Darah
a.Tempat pengambilan darah untuk berbagai macam pemeriksaan laboratorium.
1. Perifer (pembuluh darah tepi)
2. Vena
3. Arteri
4. Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau daun telinga bagian bawah
5. Pada bayi dan anak kecil dapat diambil pada ibu jari kaki atau tumit.
b. Bentuk pemeriksaan
1. Jenis/golongan darah
2. HB
3. Gula darah
4. Malaria
5. Filaria dll
c. Persiapan alat
1. Lanset darah atau jarum khusus
2. Kapas alkohol
3. Kapas kering
4. Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam pemeriksaan
5) Bengkok
6) Hand scoon
7) Perlak dan pengalas
d. Prosedur kerja
1. Mendekatkan alat
2. Memberitahu klien dan menyampaikan tujuan serta langkah prosedur
3. Memasang perlak dan pengalas
4. Memakai hand scoon
5. Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis pemeriksaan
6. Kulit dihapushamakan dengan kapas alkohol
7. Bekas tusukan ditekan dengan kapas alkohol
8. Merapikan alat
9. Melepaskan hand scoon
2) Pemeriksaan Urine
a. Kegunaan
1. Menafsirkan proses-proses metabolisme
2. Mengetahui kadar gula pada tiap-tiap waktu makan (pada pasien DM)
b. Jenis pemeriksaan
1. Urine sewaktu
Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan pemeriksaan.
2. Urine pagi
2. Urine pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur.
3. Urine pasca prandial
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (1,5-3 jam sesudah makan)
4. Urine 24 jam
Urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam.
c. Persiapan alat
1. Formulir khusus untuk pemeriksaan urine
2. Wadah urine dengan tutupnya
3. Hand scoon
4. Kertas etiket
5. Bengkok
6. Buku ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium
d. Prosedur tindakan
1. Mencuci tangan
2. Mengisi formulir
3. Memberi etiket pada wadah
4. Memakai hand scoon
5. Menuangkan 100 cc urine dari bengkok ke dalam wadah kemudian ditutup rapat.
6. Menyesuaikan data formulir dengan data pada etiket
6. Menyesuaikan data formulir dengan data pada etiket
7. Menuliskan data dari formulir ke dalam buku ekspedisi
8. Meletakkan wadah ke dalam bengkok atau tempat khusus bertutup.
9. Membereskan dan merapikan alat
10. Melepas hand scoon
11. Mencuci tangan
3) Pemeriksaan Faeces
a. Pengertian
Menyiapkan feses untuk pemeriksaan laboratorium dengan cara pengambilan yang tertentu.
b. Tujuan
Untuk menegakkan diagnosa
c. Pemeriksaan tinja untuk pasien dewasa
Untuk pemeriksaan lengkap meliputi warna, bau, konsistensi, lendir, darah, dan telur cacing. Tinja yang diambil adalah tinja segar.
d. Persiapan alat
1. Hand scoon bersih
2. Vasseline
3. Botol bersih dengan penutup
4. Lidi dengan kapas lembab dalam tempatnya
5. Bengkok
6. Perlak pengalas
7. Tissue
8. Tempat bahan pemeriksaan
9. Sampiran
e. Prosedur tindakan
1. Mendekatkan alat
2. Memberitahu pasien
3. Mencuci tangan
4. Memasang perlak pengalas dan sampiran
5. Melepas pakaian bawah pasien
6. Mengatur posisi dorsal recumbent
7. Memakan hand scoon
8. Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja
9. Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu dimasukkan ke dalam tempatnya.
9. Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu dimasukkan ke dalam tempatnya.
10. Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
11. Melepas hand scoon
11. Melepas hand scoon
12. Merapikan pasien
13. Mencuci tangan
Untuk pemeriksaan kultur (pembiakan) pengambilan tinja dengan cara steril. Caranya sama dengan cara thoucer, tetapi alat-alat yang digunakan dalam keadaan steril.
4) Pengambilan sputum
a. Pengertian
Sputum atau dahak adalah bahan yang keluar dari bronchi atau trakhea, bukan ludah atau lendir yang keluar dari mulut, hidung atau tenggorokan.
b. Tujuan
Untuk mengetahui basil tahan asam dan mikroorganisme yang ada dalam tubuh pasien sehingga diagnosa dapat ditegakkan.
c. Indikasi
Pasien yang mengalami infeksi/peradangan saluran pernafasan (apabila diperlukan).
d. Persiapan alat
1. Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
2. Botol bersih dengan penutup
3. Hand scoon
4. Formulir dan etiket
5. Perlak pengalas
6. Bengkok
7. Tissue
e. Prosedur tindakan
1. Menyiapkan alat
2. Memberitahu pasien
3. Mencuci tangan
4. Mengatur posisi duduk
5. Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan menyiapkan bengkok.
6. Memakai hand scoon
6. Memakai hand scoon
7. Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang sudah disiapkan (sputum pot)
9. Mengambil 5cc bahan, lalu masukkan ke dalam botol
10. Membersihkan mulut pasien
11. Merapikan pasien dan alat
12. Melepas hand scoon
13. Mencuci tangan
5) Pengambilan spesimen cairan vagina/hapusan genetalia
a. Persiapan alat
1. Kapas lidi steril
2. Objek gelas
3. Bengkok
4. Sarung tangan
5. Spekulum
6. Kain kassa, kapas sublimat
7. Bengkok
8. Perlak
b. Prosedur
1. Memberitahu dan memberi penjelasan pada klien tentang tindakan yang
akan dilakukan.
2. Mendekatkan alat
3. Memasang sampiran
4. Membuka dan menganjurkan klien untuk menanggalkan pakaian bagian
bawah (jaga privacy pasien)
5. Memasang pengalas dibawah bokong pasien
6. Mengatur posisi pasien dengan kaki ditekuk (dorsal recumbent)
7. Mencuci tangan
8. Memakai sarung tangan
9. Membuka labia mayora dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang tidak dominan
10. Mengambil sekret vagina dengan kapas lidi dengan tangan yang dominan sesuai kebutuhan
11. Menghapus sekret vagina pada objek gelas yang disediakan
12. Membuang kapas lidi pada bengkok
13. Memasukkan objek gelas ke dalam piring petri atau ke dalam tabung
kimia dan ditutup
14. Memberi label dan mengisi formulir pengiriman spesimen untuk dikirim ke laboratorium
15. Membereskan alat
16. Melepas sarung tangan
17. Mencuci tangan
18. Melakukan dokumentasi tindakan
7. Prosedur Pemeriksaan Diagnostik
1. X-Ray dan Radiographyan
Sinar-X adalah salah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang berkisar antara 10 nanometer ke 100 picometer (mirip dengan frekuensi dalam jangka 30 PHz to 60 EHz). Sinar-X umumnya digunakan dalam diagnosis gambar medikal dan Kristalografi sinar-X. Sinar-X adalah bentuk dari radiasi ion dan dapat berbahaya.
Radiografi ialah penggunaan sinar pengionan (sinar X, sinar gama) untuk membentuk bayangan benda yang dikaji pada film. Radiografi umumnya digunakan untuk melihat benda tak tembus pandang, misalnya bagian dalam tubuh manusia. Gambaran benda yang diambil dengan radiografi disebut radiograf. Radiografi lazim digunakan pada berbagai bidang, terutama pengobatan.
Pemeriksaan sinar-x penting untuk mengevaluasi kelainan moskuluskeletal. Sinar-x menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan perubahan hubunggan tulang. Sinar-x multipel di perlukan untuk penkajian paripurna struktur yang sedang di periksa. Sina-x korteks tulang dapat menunjukan ada nya pelebaran, menyempitan, dan tanda iregularitas. Sinar-x sendi dapat menunjukan adanya cairan, iregularitas, penyempitan dan perubahan struktus sendi.
2. Mielografi dan Arthrogram (Mendiagnosa Trauma Pada Kapsul Di Persendian Atau Ligamen).
Pemeriksaan mielografi dilakukan dengan menyuntikkan zat kontras kedalam rongga subaraknoid spinal lumbal. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya herniasi diskus, stenosis spinal dan tumor. Anestesi lokal sebelum dimasukkan cairan kontras/udara ke daerah yang akan diperiksa.
3. Lamnograph (Untuk Mengetahui Lokasi Yang Mengalami Destruksi Atau Mengevaluasi Bone Graf).
Prosedur ini dilakukan untuk mengidentifikasi bagian tulang yang bermasalah.
4. Scanograph dan CT Scan (Mengetahui Panjang Dari Tulang Panjang, Sering Dilakukan Pada Anak-Anak Sebelum Operasi Epifisis).
Prosedur ini menunjukkan rincian bidang tertentu dari tulang yang sakit dan dapat memperlihatkan tumor atau cidra ligamen. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit dievaluasi, misalnya asetabulum. Pemeriksaan dilakukan dengan atau tanpa zat kontras dan berlangsung skitar 1 jam. Pasien perlu diberi penjelasan bahwa akan terdengar suara mesin CT scan, dan bunyi ini tidak berbahaya, sehingga tidak timbul rasa takut pada diri pasien.
5. Bone Scanning (Cairan Radioisotop Dimasukkan Melalui Vena, Sering Dilakukan Pada Tumor Ganas, Osteomyelitis Dan Fraktur).
Bone scans digunakan untuk menciptakan gambar-gambar dari tulang-tulang pada suatu layar komputer atau pada film. Dokter-dokter mungkin memerintahkan suatu scan tulang untuk memastikan apakah suatu kanker paru telah menyebar ke tulang-tulang. Pada suatu scan tulang, suatu jumlah kecil dari materi radioaktif disuntikkan kedalam aliran darah dan mengumpul didalam tulang-tulang, terutama pada area-area yang abnormal seperti yang dilibatkan oleh tumor-tumor yang menyebar (metastatic tumors). Materi yang beradioaktif dideteksi oleh sebuah scanner, dan gambar dari tulang-tulang direkam pada sebuah film khusus untuk pengamatan yang permanen.
6. MRI
Pada tahun 1946, Felix Bloch dan Purcell mengemukakan teori, bahwa inti atom bersifat sebagai magnet kecil, dan inti atom membuat spinning dan precessing. Dari hasil penemuan kedua orang diatas kemudian lahirlah alat Nuclear Magnetic Resonance (NMR) Spectrometer, yang penggunaannya terbatas pada kimia saja.
Setelah lebih dari sepuluh tahun Raymond Damadian bekerja dengan alat NMR Spectometer, maka pada tahun 1971 ia menggunakan alat tersebut untuk pemeriksaan pasien. Pada tahun 1979, The University of Nottingham Group memproduksi gambaran potongan coronal dan sagittal (disamping potongan aksial) dengan NMR.2 Selanjutnya karena kekaburan istilah yang digunakan untuk alat NMR dan di bagian apa sebaiknya NMR diletakkan, maka atas saran dari AMERICAN COLLEGE of RADIO-LOGI (1984), NMR dirubah menjadi Magnetic Resonance Imaging ( MRI) dan diletakkan di bagian Radiologi.
MRI adalah teknik pencitraan kihusus yang nom-invasiv, menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan komputer untuk melihat abnormalitas berupa tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak, seperti otot, tendon, dan tulang rawan.
MRI menggunakan magnetic, bukan X-ray, untuk memproduksi images ( gambaran ) detail dari tubuh. MRI bisa digunakan, apabila sekali seorang wanita, telah didiagnose mempunyai kanker, maka untuk mencheck payudara lainnya bisa digunakan MRI. Tapi ini tidak mutlak. Bisa juga untuk screening saja.Menurut American Cancer Society ( ACS ), wanita yang mempunyai resiko tinggi terkena kanker payudara, seperti contohnya pada wanita dengan mutasi gen BRCA atau banyak anggota keluarganya yang terkena kanker payudara, sebaiknya juga mendapatkan MRI, bersamaan dengan mammography.
a. Fungsi dan Tujuan
MRI merupakan modalitas untuk mengevaluasi penyebaran lokal dari tumor karena kemampuan yang baik dalam interpretasi sumsum tulang dan jaringan lunak. MRI merupakan tehnik pencitraan yang paling akurat untuk menentuan stadium dari osteosarkoma dan membantu dalam menentukan manajemen pembedahan yang tepat. Untuk tujuan stadium dari tumor, penilaian hubungan antara tumor dan kompartemen pada tempat asalnya merupakan hal yang penting. Tulang, sendi dan jaringan lunak yang tertutupi fascia merupakan bagian dari kompartemen. Penyebaran tumor intraoseus dan ekstraoseus harus dinilai.
b. Kelemahan dan Kelebihan
MRI biasanya lebih baik dalam melihat suatu kumpulan massa yang kecil pada payudara yang mungkin tidak terlihat pada saat USG atau mammogram. Khususnya pada wanita yang mempunyai jaringan payudara yang padat. Kelemahan MRI juga ada, kadang jaringan padat yang terlihat pada saat MRI bukan kanker, atau bahkan MRI tidak bisa menunjukkan suatu jaringan yang padat itu sebagai in situ breast cancer maka untuk memastikan lagi harus dilakukan biopsy.
Salah satu kelebihan tinjau MRI adalah, menurut pengetahuan pengobatan masa kini, tidak berbahaya kepada orang yang sakit. Berbanding dengan CT scans "computed axial tomography" yang menggunakan aksial tomografi berkomputer yang melibatkan dos radiasi mengion, MRI hanya menggunakan medan magnet kuat dan radiasi tidak mengion "non-ionizing" dalam jalur frekuensi radio. Bagaimanapun, perlu diketahui bahwa orang sakit yang membawa benda asing logam (seperti serpihan peluru) atau implant terbenam (seperti tulang Titanium buatan, atau pacemaker) tidak boleh dipindai di dalam mesin MRI, disebabkan penggunaan medan megnet yang kuat.
Satu lagi kelebihan scan MRI adalah kualitas gambar yang diperoleh biasanya revolusi lebih baik berbanding CT scan. Lebih-lebih lagi untuk scan otak dan tulang belakang walaupun mesti dicatat bahwa CT scan kadangkala lebih berguna untuk cacat tulang.
c. Prinsip Dasar MRI
Struktur atom hidrogen dalam tubuh manusia saat diluar medan magnet mempunyai arah yang acak dan tidak membentuk keseimbangan. Kemudian saat diletakkan dalam alat MRI (gantry), maka atom H akan sejajar dengan arah medan magnet . Demikian juga arah spinning dan precessing akan sejajar dengan arah medan mag-net. Saat diberikan frequensi radio , maka atom H akan mengabsorpsi energi dari frequensi radio tersebut. Akibatnya dengan bertambahnya energi, atom H akan mengalami pembelokan, sedangkan besarnya pembelokan arah, dipengaruhi oleh besar dan lamanya energi radio frequensi yang diberikan. Sewaktu radio frequensi dihentikan maka atom H akan sejajar kembali dengan arah medan magnet . Pada saat kembali inilah, atom H akan memancarkan energi yang dimilikinya. Kemudian energi yang berupa sinyal tersebut dideteksi dengan detektor yang khusus dan diper-kuat. Selanjutnya komputer akan mengolah dan merekonstruksi citra berdasarkan sinyal yang diperoleh dari berbagai irisan.
d. Aplikasi Klinik Pemeriksaan M R I
Pemeriksaan MRI bertujuan mengetahui karakteristik morpologik (lokasi, ukuran, bentuk, perluasan dan lain lain dari keadaan patologis. Tujuan tersebut dapat diperoleh dengan menilai salah satu atau kombinasi gambar penampang tubuh akial, sagittal, koronal atau oblik tergantung pada letak organ dan kemungkinan patologinya.
Adapun jenis pemeriksaan MRI sesuai dengan organ yang akan dilihat, misalnya :
1. Pemeriksaan kepala untuk melihat kelainan pada : kelenjar pituitary, lobang telinga dalam , rongga mata , sinus ;
2. Pemeriksaan otak untuk mendeteksi : stroke / infark, gambaran fungsi otak, pendarahan, infeksi; tumor, kelainan bawaan, kelainan pembuluh darah seperti aneurisma, angioma, proses degenerasi, atrofi;
3. Pemeriksaan tulang belakang untuk melihat proses Degenerasi (HNP), tumor, infeksi, trauma, kelainan bawaan.
4. Pemeriksaan Musculo-skeletal untuk organ : lutut, bahu , siku, pergelangan tangan, pergelangan kaki , kaki , untuk mendeteksi robekan tulang rawan, tendon, ligamen, tumor, infeksi/abses dan lain lain ;
5. Pemeriksaan Abdomen untuk melihat hati , ginjal, kantong dan saluran empedu, pakreas, limpa, organ ginekologis, prostat, buli-buli 6. Pemeriksaan Thorax untuk melihat : paru –paru, jantung
7. Arthroscopy (Tindakan Peneropongan Di Daerah Sendi)
Arthroscopy adalah sebuah alat yang digunakan oleh dokter untuk melihat langsung keadaan sendi yang terganggu. Karena dengan Arthroscopy dapat terlihat keadaan sendi yang terganggu yang belum pernah terlihat sebelumnya. Oleh sebab itu Arthroscopy dikategorikan sebagai salah satu alat diagnostic yang canggih
Arthroscopy merupakan prosedur endoskopis yang memungkinkan pandangan langsung kedalam sendi. Prosedur ini dilakukan dikamar operasi dalam kondisi steril dan perlu injeksi enestesi lokal atau inestasi umum. Jarum dengan lubang besar dimasukkan dan sendi direnggangkan dengan memasukkan cairan salin. Artroskop kemudian dimasukkan. Struktur sendi, sinovium, dan permukaan sendi dapat dilihat melalui artroskop.
a. Fungsi
Persendian adalah untuk memberikan kebebasan bergerak pada tubuh kita, tetapi dengan keterkaitannya pada gaya hidup maka terjadi proses penuaan secara normal yang disebabkan oleh penyakit atau trauma yang terjadi secara accidental yang dapat menyebabkan berbagai permasalahan pada persendian kita. Berapapun usia anda, arthroscopy dapat menjadi komponen penting pada keberhasilan penetapan diagnosis dan pengobatanatas problem pada persendian Anda.
b. Keuntungan Dan Keterbatasan Alat Arthroscopy
Pada masa lalu, Arthroscopy hanya menguntungkan pada sendi lutut tetapi sekarang ada beberapa jenis sendi lain yang dapat memperolah keuntungan tersebut. Dengan Arthroscopy, diagnosis pembedahan menjadi lebih akurat, didapat ketepatan treatment dan dapat melaksanakan prosedur-prosedur pembedahan. Karena tindakan yang dilakukan melalui insisi kecil, biasanya dengan prosedur yang sama dan sedikit trauma di jaringan akan membantu proses penyembuhan menjadi lebih baik. Tetapi Arthroscopy bukanlah satu-satunya untuk setiap kondisi. Contohnya dalam kondisi yang membutuhkan kesembuhan penuh termasuk waktu pengobatan dan rehabilitasi.
c. Diagnosis dengan Alat Arthroscopy
Diagnosis dengan alat Arthroscopy lebih akurat disbanding menggunakan X-Ray atau teknik iagnosis lainnya sebab dengan Arthroscopy dapat terlihat jaringan lunak di dalam tulang berikut bagian-bagian di dalamnya. Dengan teknik Arthroscopy, insisi menjadi lebih kecil sehingga penyembuhan menjadi lebih cepat dibandingkan dengan bedah terbuka dan hanya sedikit terdapat jaringan parut yang iakibatkan oleh bekas luka. Tetapi bagaimanapun juga, pada awalnya pasien yang menjalani rthroscopy akan merasa tidak nyaman karena alat (pprobe) pada Arthroscope tersebut mengganggu beberapa jaringan.
d. Bedah Arthroscopy Dengan Eksisi ( Bedah Terbuka)
Diagnostik dengan Arthroscopy pada umumnya digunakan bersama dengan tindakan bedah terbuka. Bedah terbuka ini dilakukan pada sendi dengan tujuan menemukan jalan untuk melakukan eksisi (pengambilan jaringan/bagian yang rusak). Alat Arthroscopy dapat menjangkau suatu titik pembedahan dimana ahli bedah dapat melakukan beberapa prosedur yang sama seperti yang telah dilakukan pada pembedahan secara terbuka tetapi hal ini melalui insisi yang lebih kecil. Namun demikian, eksisi tetap dapat mengganggu jaringan dan menyebabkan pendarahan, pembengkakan serta rasa nyeri. Bahkan setelah diagnostic Arthroscopy tersebut masih diperlukan waktu yang agak lama untuk proses rehabilitasinya.
e. Perbaikan dan Rekonstruksi
Perkembangan terbaru dalam evolusi Arthroscopy adalah upaya perbaikan dan rekonstruksi pada jaringan yang rusak. Prosedur-prosedur ini lebih ekstensif daripada tindakan eksisi. Ahli bedah dimungkinkan untuk membuat insisi tambahan sekitar sendi dan hal ini tentu memerlukan rawat inap. Bila semakin banyak jaringan yang robek mungkin akan terasa lebih tidak nyaman dan untuk sementara pasien harus menggunakan tongkat penyangga (kruk).
f. Diagnostik Dan Tindakan Arthroscopy Pada Persendian
Pada awalnya Arthroscopy digunakan untuk mengatasi masalah pada persendian lutut, namun seiring perkembangan teknologi maka alat ini dapat digunakan mengatasi masalah pada persendian yang lain misalnya sendi bahu, tumit, siku, pergelangan tangan dan pinggul.
8. Arthrocentesis (Metode Pengambilan Cairan Sinovial)
Prosedur ini dilakukan untuk memperoleh cairan sinovial untuk keperluan pemeriksaan atau untuk menghilangkan nyeri akibat efusi. Dengan menggunakan teknik asepsis, dokter dokter memasukkan jarum kedalam sendi dan melakukan aspirasi cairan. Selanjutnya, dipasang balutan steril setelah dilakukan aspirasi.
9. Elektromiografi
Pemeriksaan ini memberikan informasi mengenai potensi listrik otot dan sarafnya. Tujuan dari prosedur ini adalah menentukan setiap abnormalitas funsi unit.pasien perlu di jelaskan rasa nyaman karena jarum elektrode masuk di otot.
10. Angiografi
Arteiografi adalah pemeriksaan sistem arteri. Suatu bahan kontras radioopaque di injeksikan dalam arteri tertentu, alirannya di foto dengan sinar-x. Setelah melakukan prosedur ini, pasien biarkan berbaring selama 12-24 jam untuk mencegah dan pedarahan pada tempat penusukan arteri. Perawat memantau tanda vital, tempat penusukan,(adanya pendarahan, pembengkakan, dan hematoma), dan ekstremitas bagian distal untuk menilai apakah sirkulasinya adekuat.
11. Ultrasonografi
Perkembangan Ultrasonografi (USG) sudah dimulai sejak kira-kira tahun 1960, dirintis oleh Profesor Ian Donald. Sejak itu, sejalan dengan kemajuan teknologi bidang komputer, maka perkembangan ultrasonografi juga maju dengan sangat pesat, sehingga saat ini sudah dihasilkan USG 3 Dimensi dan Live 3D (ada yang menyebut sebagai USG 4D).
a. Indikasi Pemakaian USG
1) Dalam bidang obstetri, indikasi yang dianut adalah melakukan pemeriksaan USG dilakukan begitu diketahui hamil, penapisan USG pada trimester pertama (kehamilan 10 – 14 minggu), penapisan USG pada kehamilan trimester kedua (18 – 20 minggu), dan pemeriksaan tambahan yang diperlukan untuk memantau tumbuh kembang janin.
2) Dalam bidang ginekologi onkologi pemeriksaannya diindikasikan bila ditemukan kelainan secara fisik atau dicurigai ada kelainan tetapi pada pemeriksaan fisik tidak jelas adanya kelainan tersebut.
3) Dalam bidang endokrinologi reproduksi pemeriksaan USG diperlukan untuk mencari kausa gangguan hormon, pemantauan folikel dan terapi infertilitas, dan pemeriksaan pada pasien dengan gangguan haid.
4) Sedangkan indikasi non obstetrik bila kelainan yang dicurigai berasal dari disiplin ilmu lain, misalnya dari bagian pediatri, rujukan pasien dengan kecurigaan metastasis dari organ ginekologi dll.
Prosedur USG dilakukan untuk mendeteksi gangguan pada jaringan lunak. Pemeriksaan USG menggunakan sistem gelombang suara yang menghasilkan gambaran jaringan yang di periksa. Kulit di atas jaringan yang akan di periksadiolesi gel untuk memudahkan gerakan alat.
b. Cara Pemeriksaan
Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1) Pervaginam
· Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan pemeriksaan dalam.
· Tidak menyebabkan keguguran.
· Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu.
· Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing.
· Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim.
· Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi.
2) Perabdominan
· Probe USG di atas perut.
· Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu.
· Karena dari atas perut maka daya tembusnya akan melewati otot perut, lemak baru menembus rahim.
c. Jenis Pemeriksaan USG
1. USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.
2. USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).
3. USG 4 Dimens
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.
4. USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi: Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit), Tonus (gerak janin), Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm), Doppler arteri umbilikalis, Reaktivitas denyut jantung janin.
A. Kesimpulan
Dari penulisan makalah di atas, kelompok kami dapat mengambil beberapa kesimpulan, seperti :
1. Diagnostik bukan hanya sekedar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, seta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan (predicting) kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.
2. Terdapat sebelas prosedur diagnostik yang berkaitan erat terhadap gangguan moskuletskeletal dimana pemeriksaan diagnostik yang dilakukan oleh para medis pada pasien ditujukan agar kita bisa mengetahui jenis gangguan muskuletskeletal yang diderita oleh pasien.
B. Saran
Dengan memahami pembahasan mengenai prosedur diagnostik dan laboratorium terkait gangguan sistem muskuloskeleteal, diharapkan pembaca dapat mengerti dan memanfaatkan sistem muskuletskeletal yang ada dengan sebaik mungkin dan pembaca juga mengetahui bahaya yang dapat ditimbulkan dari prosedur diagnostik ini serta cara pemakaiannya.
Label:
Keperawatan
Selamat Datang
Terima kasih atas kunjungannya di blog kami puskesmas tumpung laung, mudah-mudahan blog ini bisa menjadi inspirasi bagi puskesmas lainnya di kota muara teweh agar bisa berkreatif dalam mengembangkan Instansinya.
Buku Tamu
Daftar Link Blog
Teman
Pengunjung
Blog Archive
-
▼
2011
(56)
-
▼
Juni
(32)
- Pelatihan Bagi Pelatih Pemberantasan Sarang Nyamuk...
- Pedoman Pelatihan Penyusun Kurikulum Berorientasi ...
- Cara menyusun Visi dan Misi
- Penyediaan BOK bagi Puskesmas dan jaringannya, Pos...
- Buku Saku Bantuan Operational Kesehatan (BOK)
- Perempuan, Emosi dan Uang
- Askep Konjugtivitis
- Askep Amputasi
- Tes penyakit Raja Singa (Syphilis TP Test Kit)
- Tes Malaria (SD BIO LINE Malaria Antigen p.f/Pan
- Askep Gout atau pirai
- Askep Decom Cordis atau Payah Jantung
- Askep Gagal Ginjal Kronik (CKD)
- Askep Sirosis Hepatis
- Askep Bibir Sumbing atau Labio palatoshcizis
- Askep Hernia Inguinalis
- Askep Osteomielitis
- Askep Hemoroid
- Askep Batu Ginjal
- Askep HNP
- Askep BPH
- Prosedur Diagnostik Dan Laboratorium Terkait Gangg...
- Askep Anemia
- KEGEL EXERCISE
- Demam Rematik Akut dan Penyakit Jantung Rematik
- Askep Epilepsi
- Diagnosa Keperawatan Gangguan Pola Tidur
- Diagnosa Keperawatan Ansietas
- Diagnosa Keperawatan Kelebihan Volume Cairan
- Diagnosa Keperawatan Kerusakan Integritas Jaringan
- Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan Penatalaksan...
- Diagnosa Keperawatan Intoleransi Aktivitas
-
▼
Juni
(32)